Oleh: Pradikha Bestari
http://www.kidnesia.com/Kidnesia/Cerita-Kita/Cerita-Misteri
Ceritanya, pada zaman dahulu kala di Kampung Bintang Laut di Negeri Bawah Laut hiduplah seekor bintang laut kecil bernama Ulia.
Sst…kamu tahu tidak, bintang laut itu hewan yang tidak punya otak?
Nah, berbeda dengan bintang laut lainnya, Ulia ini punya otak dan ia
pandai sekali. Semua selalu bertanya kepada Ulia.“Ulia, berapakah 10 kerang ditambah 2 kerang?” “12 kerang, tentunya,” jawab Ulia yakin. Begitu seterusnya.
Namun, karena kepandaiannya ini, Ulia jadi sombong dan menganggap ia
yang paling hebat. Ia suka mengejek bintang laut lainnya dan bertindak
semena-mena. Semua bintang laut harus tunduk
Sampai suatu hari Lea, seekor ikan duyung, berkunjung ke kampung itu. Ia tidak suka melihat kesombongan Ulia.
“Jangan begitu sombong, bisa buncit perutmu,” ujar Lea.
“Oho, perut tidak ada hubungannya dengan kesombongan. Kalau banyak
makan, lemak menumpuk di perut, barulah perut bisa buncit. Masak begitu
saja kau tidak tahu, Duyung Buncit!” sahut Ulia pongah.
Wah, Lea tersinggung sekali!
“Mulai sekarang setiap kesombonganmu akan membuatmu buncit, berat, dan melayang ke atas!” tukas Lea dengan marah.
“Hahaha.. Selain buncit, kamu juga bodoh, Duyung. Kalau bertambah
berat, seharusnya aku tambah tenggelam, bukan malah melayang ke atas!
Belajar dulu kalau mau menyumpahi orang! Hahaha…” Ulia menertawakan Lea
yang hanya menyelinap pergi.
Bisakah kamu menebak apa yang terjadi? Ternyata, Lea itu duyung sakti. Ucapannya menjadi kenyataan!
Walau seharusnya kesombongan tidak bisa membuat buncit, Ulia semakin
buncit, berat, dan gendut dari hari ke hari. Dan walau seharusnya
semakin berat suatu benda, ia akan semakin terbenam, Ulia malah semakin
terangkat ke atas, menuju permukaan lautan!
Ulia panik sekali. Dia tidak mau meninggalkan Kampung Bintang Laut
dan bintang-bintang lautnya. Namun, ia tetap menolak untuk menanggalkan
kesombongannya.
“Bagaimana, apakah kamu masih makhluk paling hebat di dunia?” tanya Lea saat Ulia sudah berada di permukaan laut.
“Yang pasti aku lebih hebat darimu, Duyung Buncit!” jawab Ulia. Lea
semakin marah dan dengan kesaktiannya Ulia semakin besar dan terdorong
ke luar dari lautan, menabrak suatu karang besar.
Namun, ajaibnya lagi, Lea juga ikut membesar dan terdorong bersama
Ulia menabrak karang itu. “Kalian berdua sama-sama sombong dan
menyalahgunakan kelebihan kalian,” geram suatu suara menggelegar. Suara
Dewa Laut!
“Kau, Ulia, seharusnya tidak boleh jadi besar kepala dan semena-mena
karena lebih pintar. Kau, Lea, seharusnya bisa mengendalikan amarahmu
dan tidak main hukum saja dengan kesaktianmu,” lanjut Dewa Laut.
Lea dan Ulia saling berpandangan. Dewa Laut benar. “Maafkan aku,
Ulia. Seharusnya bukan begini caraku membuatmu kapok,” ucap Lea pelan.
“Aku juga minta maaf. Kamu hebat, sakti sekali, bisa membuatku
membuncit besar,” ujar Ulia serius.Dewa Laut tersenyum. Makhluk yang
diberi kelebihan memang mudah sekali tergoda untuk jadi besar kepala dan
menyalahgunakan kehebatan mereka.
Dewa Laut memaafkan mereka. Lea dan Ulia kembali ke ukuran semula dan hidup di bawah laut dengan damai.
Sayangnya, karang yang terkena tubuh mereka sudah keburu berlubang
besaaar sekali! Sampai sekarang karang itu masih menjulang besar dengan
lubang di tengahnya.
***
A
ku memandang Karang Bolong itu dengan kagum. Seorang petugas objek
wisata Karang Bolong tersenyum melihatku menatap karang tersebut.
“Lubangnya besar sekali, ya, Pak. Wah, Ulia dan Lea pasti sempat
menggelembung besar sekali!” sapaku kepada bapak petugas. Bapak petugas
itu menatapku dengan bingung.
“Itu, lo, Pak, bintang laut dan ikan duyung yang sombong! Mereka, kan, yang menyebabkan karang ini bolong.” kataku lagi.
“Hahahaha… Adik pasti mendengar cerita dari Andi, anak pantai sini,
ya? Andi itu memang paling suka bikin cerita asal-usul Karang Bolong.
Soalnya penyebab karang ini bolong masih belum diketahui. Masih jadi
misteri. Sementara banyak pengunjung yang bertanya-tanya apa
penyebabnya.
Si Andi jadi suka mengarang cerita untuk menjawabnya.” Jelas bapak petugas. Oalah!